LAPORAN PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN
Latar
Belakang
Kesehatan
dan keselamatan kerja merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam opersional di
tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka sejak awal
perlu tentang kemungkinan timbulnya dampak baik terhadap tenaga kerja maupun
pada masyarakat di lingkungan sekitarnya. Dampak yang ditimbulkan berupa
penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja dapat digolongkan dengan beberapa
jenis yaitu fisik, kimia, infeksi, fisiologis dan mental psikologis.
Kebisingan, yang termasuk dalam golongan fisik, dapat menyebabkan kerusakan
pendengaran/tuli (Soemonegara,1975, Miller,1975).
Kebisingan
yang terus menerus akan menimbulkan ketulian secara perlahan, dalam waktu
hitungan bulan sampai tahun. Dengan kondisi seperti ini jarang disadari oleh
penderita sehingga ketika penderita baru menyadari menderita ketulian stadium
akhir sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Maka akan mempengaruhi produktivitas
dalam bekerja. disamping itu, ketulian juga akan mengganggu komunikasi.
Untuk
mengetahui kebisingan di tempat kerja, penting bagi mahasiswa untuk melakukan
uji coba (praktikum) pengukuran kebisingan. Maka dilakukan pengukuran
kebisingan di lingkungan kerja, di lokasi depan kampus Universitas Jambi. Di
lokasi tersebut sumber kebisingan berasal dari kendaraan bermotor yang
didominasi oleh truk besar dan bus.
Tujuan
1. Untuk mengetahui intensitas
kebisingan di suatu tempat kerja
2. Mahasiswa mampu melakukan
pengukuran kebisingan
3. Mahasiswa mampu menganalisa
hasil pengukuran kebisingan
Alat, Bahan
Aplikasi Sound Level Meter untuk smart phone
Lembar Data
Pengertian
Kebisingan
Terdapat
beberapa pendapat mengenai definisi kebisingan antara lain (Wahyu, 2003) :
Menurut
Dennis Bising adalah suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak
teratur. Menurut Spooner Bising adalah suara yang
tidak mengandung kualitas musik Menurut
Sataloff Bising adalah bunyi yang terdiri dari frekuensi yang acak dan
tidak berhubungan satu dengan yang lain. Menurut
Burn, Littre dan Wail Bising adalah suara yang tidak
dikehendakikehadirannya oleh yang mendengar dan mengganggu. Menurut Suma’mur Bising adalah suara
yang tidak dikeendaki (unwanted sound). Menurut
Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 48/MENLH/11/1996 Kebisingan adalah
bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gengguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan. Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI No. PER. 13/MEN/X/2011 Kebisingan adalah semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat
kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Jenis-jenis
kebisingan
Kebisingan
dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bentuk dasar (Wahyu, 2003) :
a. Intermitten
Noise (Kebisingan Terputus-putus).
Intermittten Noise adalah kebisingan diana
suara timbul dan menghilang secara perlahan-lahan. Termasuk dalam intermitten
noise adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh suara kendaraan bermotor dan
pesawat terbang yang tinggal landas.
b. Steady
State Noise (Kebisingan Kontinyu)
Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara
(sound pressure levels) diukur dalam octave band dan perubahan-perubahan tidak
melebihi beberapa dB per detik, atau kebisingan dimana fluktuasi dari
intensitas suara tidak lebih 6dB, misalnya : suara kompressor, kipas angin,
darur pijar, gergaji sekuler, katub gas.
c. Impact
Noise.
Impact noise adalah kebisingan dimana waktu
yang diperlukan untuk mencapai puncak intensitasnya tidak lebih dari 35 detik,
dan waktu yang dibutuhkan untuk penurunan sampai 20 dB di bawah puncaknya tidak
lebih dari 500 detik. Atau bunyi yang mempunyai perubahan-perubahan besar dalam
octave band. Contoh : suara pukulan palu, suara tembakan meriam/senapan dan
ledakan bom.
Dampak
Kebisingan
Menurut
Depnaker yang dikutip oleh Srisantyorini (2002) kebisingan mempunyai pengaruh
terhadap tenaga kerja, mulai dari gangguan ringan berupa gangguan terhadap
konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi dan kenikmatan kerja sampai pada
cacat yang berat karena kehilangan daya pendengaran (tuli) tetap.
Gangguan
terhadap konsentrasi kerja dapat mengakibatkan menurunnya kualitas pekerjaan.
Hal ini pernah dibuktikan pada sebuah perusahaan film dimana penurunan
intensitas kebisingan berhasil mengurangi jumlah film yang rusak sehingga menghemat bahan baku. Gangguan
terhadap komunikasi, akan menganggu kerja sama antara pekerja dan kadang-kadang mengakibatkan salah
pengertian secara tidak langsung dapat menurunkan
kualitas atau kuantitas kerja. Kebisingan juga mengganggu persepsi tenaga kerja terhadap lingkungan sehingga
mungkin sekali tenaga kerja kurang cepat
Gangguan
dalam kenikmatan kerja berbeda-beda untuk tiap-tiap orang. Pada orang yang
sangat rentan kebisingan dapat menimbulkan rasa pusing, gangguan konsentrasi,
dan kehilangan semangat kerja. Penurunan
daya pendengaran akibat yang paling serius dan dapat menimbulkan ketulian total
sehingga seseorang sama sekali tidak dapat mendengarkan pembicaraan orang lain.
Pengendalian
Kebisingan
Menurut
Pramudianto yang dikutip oleh Babba (2007), pada
prinsipnya pengendalian kebisingan di tempat kerja terdiri dari:
1.Pengendalian
secara teknis
Pengendalian
secara teknis dapat dilakukan pada sumber bising, media yang dilalui bising dan
jarak sumber bising terhadap pekerja. Pengendalian bising pada sumbernya
merupakan pengendalian yang sangat efektif dan hendaknya dilakukan pada sumber
bising yang paling tinggi.
Cara-cara
yang dapat dilakukan antara lain :
Desain
ulang peralatan untuk mengurangi kecepatan atau bagian yang bergerak, menambah
muffler pada masukan maupun keluaran suatu buangan, mengganti alat yang telah
usang dengan yang lebih baru dan desain peralatan yang lebih baik. Melakukan perbaikan dan perawatan dengan
mengganti bagian yang bersuara dan melumasi semua bagian yang bergerak. Mengisolasi peralatan dengan cara menjauhkan
sumber dari pekerja/penerima, menutup mesin ataupun membuat barrier/penghalang. Meredam sumber bising dengan jalan memberi
bantalan karet untuk mengurangi getaran peralatan dari logam, mengurangi
jatuhnya sesuatu benda dari atas ke dalam bak maupun pada sabuk roda. Menambah sekat dengan bahan yang dapat
menyerap bising pada ruang kerja. Pemasangan peredam ini dapat dilakukan pada
dinding suatu ruangan bising.
2.
Pengendalian
secara administratif
Pengendalian
ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh kebisingan dengan
intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah, cara mengurangi
paparan bising dan melindungi pendengaran.
3. Pemakaian alat pelindung telinga
Pengendalian
ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat untuk tingkat kebisingan
tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan
Hasil
No
|
Detik
Ke Menitke
|
Hasil pembacaan sound level meter
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
1
|
5
|
90,6
|
100
|
85,4
|
76,6
|
79,6
|
90,5
|
86,1
|
85,6
|
88,1
|
89
|
2
|
10
|
82,3
|
85,6
|
89,5
|
78,9
|
77,2
|
93,6
|
92,2
|
78,6
|
81
|
87
|
3
|
15
|
83,1
|
84,6
|
90
|
83,6
|
77
|
85,3
|
83,5
|
81,5
|
76,2
|
82
|
4
|
20
|
82
|
83,1
|
85,5
|
85,3
|
80,7
|
83,1
|
82,4
|
80,2
|
77,9
|
83,2
|
5
|
25
|
83,6
|
81
|
87,6
|
81,7
|
79,5
|
79,6
|
82,4
|
88,7
|
81,3
|
81,9
|
6
|
30
|
81,5
|
83,5
|
84
|
86,6
|
79,7
|
84,4
|
78
|
88,3
|
81,7
|
79,7
|
7
|
35
|
76,9
|
79,5
|
83
|
87
|
84,3
|
86,5
|
78,9
|
86,2
|
87,7
|
79,6
|
8
|
40
|
77,9
|
80,7
|
80
|
88,1
|
83,1
|
80,1
|
78,8
|
84,6
|
88,8
|
79,7
|
9
|
45
|
79,7
|
82,2
|
79,9
|
87,5
|
93,8
|
84,4
|
76,4
|
85,9
|
85,4
|
80,8
|
10
|
50
|
79,2
|
81,3
|
83,2
|
89,5
|
83,7
|
81,3
|
79,3
|
85,9
|
90,7
|
80,2
|
11
|
55
|
80
|
78
|
82,8
|
84,3
|
85,8
|
81,7
|
82,4
|
88,3
|
89,7
|
82,5
|
12
|
60
|
92,2
|
80,5
|
77,7
|
78
|
90,9
|
83,5
|
81,1
|
90,8
|
84,6
|
81,1
|
Hasil
|
72, 73
|
73,98
|
71,1
|
71,01
|
71,97
|
71,78
|
69,85
|
71,89
|
71,84
|
69,28
|
Pembahasan
Pengukuran dilakukan pada wilayah kerja terbuka, yaitu jalanan
tepat pada lokasi di depan kampus Universitas Jambi, pada lokasi tersebut
terdapat lalu lalang kendaraan yang didominasi kendaraan besar seperti truk dan
bus. Pada wilayah kerja tersebut potensi terkena paparan adalah pedagang
pinggir jalan, tukang becak, pengguna jalan (pejalan kaki), dll. Pada pengukuran ini juga
dilakukan dengan 10 titik pengukuran dan 12 kali pembacaan dengan perhitungan
per lima detik. Selector yang diatur pada sound level meter ialah slow
selector, karena sumber bunyi (kebisingan) di wilayah kerja fluktuatif atau
kadang bising kadang tidak.
Menurut Permenakertrans Nomor 13/Men/X/2011 Nilai Ambang Batas
kebisingan di wilayah kerja adalah 85 dBA untuk paparan 8 jam per hari atau 40
jam per minggu. Dari hasil pengukuran yang dilakukan dengan 10 titik pengukuran
tidak ada nilai kebisingan yang melebihi nilai ambang batas (85 dBA), maka
wilayah kerja tersebut aman untuk dilakukan aktivitas tanpa ada penanganan
kebisingan ditempat kerja.
Kesimpulan
Kebisingan seringkali terjadi ditempat kerja yang bias menimbulkan
gangguan kesehatan pada pekerja, diantaranya ialah ketulian yang akan merambat
pad produktivitas kerja, hasil
pengukuran pada 10 titik pengukuran di wilayah kerja tidak ada yang melebihi Nilai Ambang Batas. Dengan
tidak adanya hasil pengukuran yang melebihi Nilai Ambang Batas maka wilayah
kerja tersebut aman untuk dilakukan aktivitas kerja tanpa ada pengendalian atau
pencegahan kebisingan
Referensi
Babba, J.,
2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di
Lingkungan Kerja dengan Peningkatan Tekanan Darah (Penelitian pada Karyawan PT Semen Tonasa di Kabupaten
Pangkep Sulawesi Selatan). Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro, Semarang
Menteri
Negara Lingkungan Hidup RI No. 48/MENLH/11/1996
Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER. 13/MEN/X/2011
Srisantyorini,
2002. Tingkat Kebisingan dan Gangguan Pendengaran
Pada Karyawan PT Friesche Vlag Indonesia Tahun 2002. Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas
Indonesia, Jakarta
Komentar
Posting Komentar